Memaknai Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Relevansi dan Reminder Pemuda Zaman Sekarang

Memaknai Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Relevansi dan Reminder Pemuda Zaman Sekarang

Isi Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah hasil dari pertemuan selama 2 hari dari tanggal 27 hingga 28 Oktober 1928 di Jakarta. 

Soempah Pemoeda

Pertama:

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA

MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA

Kedua:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA,

MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA

MENJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN,

BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

 

Jika diamati isi sumpah pemuda tahun 1928, nama Indonesia sudah disebut bahkan sebelum Indonesia lahir tahun 1945. Begitulah semangat para pemuda untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.

Sebagai pengingat untuk generasi muda sekarang, nama Indonesia dimulai ketika JIAEA (Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia) mulai dicanangkan di pertengahan abad ke-19.

Pada tahun 1850, George Samuel Windsor Earl yang merupakan seorang ahli Etnologi Inggris, terlibat dalam pelaksanaan Jurnal tersebut.

Di dalam jurnalnya, Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia Timur atau Kepulauan Melayu, untuk memiliki nama khas. Itu disebabkan, nama Hindia yang tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia daripada Indunesia. Sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia lebih tepat digunakan oleh Ceylon ataupun Maldives, yang lokasinya memang lebih dekat dengan India.

Logan, dalam tulisan nya di JIAEA, terus menggunakan istilah Indonesia dalam jurnalnya. Lambat laun pemakaian istilah indonesia menyebar di kalangan ahli etnologi dan geografi. 

Pada 1884, guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian, menerbitkan buku 'Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel', setelah dirinya menggembala dan meneliti di kepulauan Indonesia ini. 

Dia meminjam Istilah 'Indonesia' nya Logan, tetapi didekatkan dengan bahasa Jerman. Buku Bastian ini ternyata populer di kalangan sarjana Belanda. Sehingga penggunaan kata 'Indonesien' yang diubah menjadi 'Indonesische' mulai dipopulerkan untuk menyebut Hindia Belanda.

Tokoh Pribumi atau Indonesia yang pertama kali memakai istilah 'Indonesia', adalah Ki Hajar Dewantara, selama masa pembuangannya di Belanda pada 1913. Selama berada disana, beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Persbureau.

Penggunaan kata 'Indonesische' ini, dijadikan sebagai pengganti kata 'Indisch' maupun 'Indische'. Istilah Indonesische pun mulai populer di kalangan tokoh Indonesia.

Di tahun 1922, atas usulan Mohammad Hatta, nama sebuah Organisasi Pelajar Hindia Belanda yang ada di Belanda, diubah dari 'Indische Vereniging' menjadi 'Indonesische Vereniging', lalu 'Perhimpoenan Indonesia' pada 1925. Sejak itu penggunaan nama Indonesia atau Indonesische semakin lebih populer, terutama untuk kalangan pemuda.

Pada akhirnya, ketika Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan pada 28 Oktober 1928. Nama 'Indonesia' secara resmi dijadikan sebagai nama negara kepulauan di Hindia Belanda. Itu tercantum dalam ikrar sumpah pemuda yang memuat : Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia.

Gaungan nama Indonesia pun terus menguat hingga proklamasi akhirnya dibacakan oleh Soekarno, sebagai tanda merdekanya 'Indonesia' pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peringatan sumpah pemuda, masih sangat relevan dan menjadi reminder generasi muda saat ini. Apalagi menyangkut persatuan dan kesatuan Indonesia, cinta tanah air, semangat gotong royong, tanggung jawab di era teknologi dan rasa nasionalisme. 

Persatuan dalam keberagaman mengajarkan bahwa keberagaman suku, agama, dan budaya harus menjadi kekuatan yang menyatukan bangsa, bukan pemecah belah. Generasi muda sekarang hendak nya menjadi pelopor persatuan.

Cinta tanah air diwujudkan dengan rasa bangga terhadap Indonesia, rela berkorban untuk kemajuan bangsa, serta menjaga nama baik bangsa di kancah Internasional. Generasi muda sekarang mampu bersaing dikancah Internasional melalui bakat dan keterampilan yang ada. Tanpa adanya batasan.

Bahasa Indonesia sebagai pemersatu, generasi muda sekarang harus percaya diri menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga lambang identitas nasional yang harus terus dijunjung dan banggakan, termasuk di ruang digital.

Semangat gotong royong, kerja sama tanpa pamrih demi tujuan bersama, yang dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Generasi muda sekarang perlu mencontoh perjuangan pemuda zaman dulu yang mampu bersama-sama bergotong royong bersatu padu merumuskan sumpah pemuda. 

Tanggung jawab di era digital. Hidup serba teknologi mendorong peran dan tanggung jawab pemuda dalam menggunakan internet secara positif, memerangi hoax, menjaga privasi, dan menyebarkan konten yang bermanfaat serta menginspirasi banyak pemuda.

Patriotisme dan Nasionalisme: Sikap cinta tanah air dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa, yang menuntut pemuda untuk terus berjuang dan berinovasi demi kemajuan Indonesia. Pemuda sekarang harus menjaga rasa Nasionalisme karena ditangan mereka maju nya negara Indonesia. 

Akhir kata, selamat hari sumpah pemuda 28 Oktober 2025. Bangga terlahir sebagai seorang pemuda Indonesia. Menjadi muda hanya sekali namun semangat pemuda tak pernah henti. 

Penulis: Abdurrahman Saleh, M.Pd

Pendidik dan Anggota Majelis Lingkungan Hidup PWM Riau

 

Berita Lainnya

Index