Peserta Mangakui Seminar di Mapalangit Biru STID Al Biruni Cirebon Berlangsung Sukses

Peserta Mangakui Seminar di Mapalangit Biru STID Al Biruni Cirebon Berlangsung Sukses

SELARASRIAU.COM - Seminar Kebencanaan Menjadi Relawan Garis Depan yang diselenggarakan unit kegiatan mahasiswa pecinta alam Mapalangit Biru STID Al-BiruniCirebon, pada Sabtu, 1 Juni 2024, berlangsung sukses.

Peserta mengaku puas terhadap seminar ini.

Peserta merupakan kalangan pecinta alam dan komunitas relawan di Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan. 

Di antara peserta berasal daru Tagana, Relawan Mata Angin Indonesia, Lintas Komunitas Cirebon, Platooutdoor, Dharmaayu Climbing Club, Unit SAR 3078, Sumingkir Alam, PSM, Dema Ipeba, Wira Buana

Banser NU, LPBI PCNU Kab. Cirebon, Mayaspala, UKM Mazpala, Jabar Bergerak, PGI, Jabar Bergerak, Resor KSDA Cirebon, Balai Besar KSDA Jawa Barat.

Kemudian Vertical Rescue Indonesia Regional Indramayu, Mapafsi, Himalaya, Kpt Mp Cirebon, Mapala Gunati, PA oerwoud Indramayu. Dema Mapala Muci, Pramuka Kwaran Losarang. Pendaki Cirebon

Hadir sebagai narasumber seminar adalah Ahyar Stone. Dia penulis buku Cara Menjadi Relawan Garis Depan di Lokasi Gempa. Ahyar juga pengurus SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI). Pemimpin redaksi Wartapala Indonesia. 

Di seminar ini dia didamping Sekretaris Umum SARMMI, Ridwan Sidiq. Selain berpengalaman turun sebagai relawan kemanusiaan di sejumlah bencana, Ridwan juga tercatat sebagai senior di Mapsa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 

Menurut Ahyar, hingga saat ini masih sangat sedikit relawan kemanusiaan yang mendatangi desa terpencil dan terisolir untuk mendampingi korban bencana. Hal ini disebabkan belum banyak relawan yang tahu cara menjadi relawan garis depan.

Relawan garis depan kata Ahyar adalah, “Relawan yang mendatangi lokasi bencana yang sulit dimasuki untuk mendampingi korban bencana”.

Lokasi bencana sulit dimasuki karena berbagai faktor. Misalnya disebabkan oleh lokasinya yang terpencil, terisolir, paling jauh atau karena berbahaya.

Tatakala terjadi bencana gempa lanjut Ahyar, bantuan yang masuk ke desa terpencil dan terisolir tergolong minim, karena relawan jarang yang mau datang. Apalagi mendirikan posko kemanusiaan di sana

Padahal warga di desa terpencil dan terisolir perlu pula didampingi relawan, karena, selain untuk memenuhi hak warganya sebagai korban bencana, persoalan kemanusiaan yang dialami korban gempa di desa terpencil dan terisolir lebih kompleks dibanding yang dialami korban gempa di perkotaan dan di area mudah dijangkau yang berfasilitas memadai.

“Karena persoalan kemanusiaan yang dialami korban gempa di desa terpencil dan terisolir lebih kompleks, maka sebaiknya kita datang ke sana. Tak usah ke daerah yang mudah dijangkau, karena di sini relawannya sudah menumpuk,” ajak Ahyar.

Turut dijelaskan Ahyar, buku yang ditulis merupakan tata cara menjadi relawan garis depan. Mulai dari persiapan sebelum berangkat, hingga membuat laporan akhir sepulang dari lokasi gempa. 

Semua cara yang dipaparkan di buku ini, berdasarkan pengalaman nyata relawan SARMMi di sejumlah kejadian gempa di Indonesia.

“Buku ini adalah semacam buku rahasia sukses SARMMI. Sekarang rahasia ini dibagikan, agar semakin banyak relawan garis depan di Indonesia,” ungkap Ahyar.

Sementara Ridwan Sidiq menjelaskan, relawan garis depan bukan hanya SARMMI. Siapa saja dapat menjadi relawan garis depan, yang penting tahu caranya. 

“Dengan membaca buku ini dari awal sampai akhir. Siapa pun pasti langsung paham cara menjadi relawan garis depan,” kata Ridwan (AS).

 

#Akademika

Index

Berita Lainnya

Index