Anak-anak di Inhil Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Pakai Rakit Demi Sekolah

Anak-anak di Inhil Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Pakai Rakit Demi Sekolah
Sejak jembatan penghubung di Dusun Tua, Desa Keritang, Kecamatan Kemuning, Indragiri Hilir (Inhil), putus total beberapa waktu lalu, rakit darurat menjadi satu-satunya sarana penyeberangan bagi warga, termasuk anak-anak sekolah.

SelarasRiau.com, Inhil - Di tengah aliran Sungai Keritang yang keruh dan berarus cukup deras, tampak sebuah rakit sederhana yang mengangkut sejumlah anak sekolah berseragam merah putih, didampingi beberapa orang dewasa. 

Rakit terbuat dari papan kayu dan drum plastik biru sebagai pelampung, menjadi satu-satunya harapan warga untuk menyeberangi sungai sejak jembatan utama penghubung di Dusun Tua, Desa Keritang, Kecamatan Kemuning, Kabupaten Indragiri Hilir, putus total.

Anak-anak duduk berhimpitan di atas rakit kecil itu, menggenggam erat sisi kayu, sementara seorang pria dewasa menarik tali sling yang menjadi penggerak rakit secara manual. 

Meski jauh dari kata aman, alat transportasi darurat ini tetap diandalkan setiap hari demi melanjutkan aktivitas, terutama bagi para pelajar yang tak ingin tertinggal pendidikan.

Suasana tampak tenang, namun penuh kewaspadaan. Hanya sebuah kesalahan kecil bisa menyebabkan mereka tergelincir ke dalam sungai. 

Namun semangat belajar anak-anak itu tak surut oleh keterbatasan. Mereka tetap tersenyum, seolah berkata bahwa mimpi harus terus diperjuangkan meski harus bertaruh nyawa.

Warga sekitar bahu membahu mengoperasikan rakit setiap harinya. Gotong royong menjadi kekuatan utama menjaga keselamatan sesama, sembari berharap pemerintah segera membangun kembali jembatan vital tersebut. 

Peninjauan dari BPBD Inhil yang baru-baru ini dilakukan memberi secercah harapan bagi warga, meski mereka masih menanti aksi nyata untuk mengembalikan akses yang layak dan aman.

Bagi masyarakat Desa Keritang, jembatan bukan sekadar infrastruktur, tetapi nadi kehidupan yang menyambung pendidikan, ekonomi, hingga konektivitas antar desa. 

Kini mereka hanya bisa berharap, jerih payah dan kesabaran mereka akan segera terbayar dengan pembangunan jembatan darurat, dan nantinya, jembatan permanen yang layak dan kokoh.

Bertaruh Nyawa

Sejak jembatan penghubung di Dusun Tua, Desa Keritang, Kecamatan Kemuning, Indragiri Hilir (Inhil), putus total beberapa waktu lalu, rakit darurat menjadi satu-satunya sarana penyeberangan bagi warga, termasuk anak-anak sekolah.

Setiap pagi, para pelajar harus menyeberangi Sungai Keritang dengan rakit sederhana yang dibuat dari papan kayu dan drum plastik sebagai pelampung. Rakit ini dioperasikan manual menggunakan tali sling yang ditarik oleh warga. Tak hanya tidak aman, arus sungai yang deras membuat perjalanan ini penuh risiko.

Meski kondisi berbahaya, semangat anak-anak untuk menuntut ilmu tak surut. Mereka tetap berangkat ke sekolah setiap hari, didampingi warga yang bergotong royong menjaga agar proses penyeberangan berlangsung aman.

“Kalau salah posisi bisa jatuh ke sungai, tapi mau bagaimana lagi, ini satu-satunya jalan,” ungkap Ismail seorang warga di Desa  Keritang.

Jembatan yang putus itu merupakan akses vital penghubung antar desa, termasuk ke Sekayan dan Petalongan. Warga pun berharap pemerintah segera membangun kembali jembatan tersebut demi keselamatan dan kelancaran aktivitas sehari-hari.

Harapan itu mulai muncul setelah BPBD Inhil turun langsung meninjau lokasi. Kepala Pelaksana BPBD Inhil, Raja Arliansyah, menyebut pihaknya telah melakukan pengukuran dan pengumpulan data teknis untuk pembangunan jembatan darurat.

“Bentangan jembatannya lebih dari 50 meter dan arus cukup deras. Kami usulkan pembangunan jembatan sementara menggunakan anggaran BPBD,” jelasnya, Rabu (6/8/2025).

Meski belum bisa memastikan waktu pembangunan dimulai, warga berharap hasil peninjauan segera ditindaklanjuti agar kehidupan mereka kembali normal, terutama dalam hal pendidikan dan perekonomian. *** (Gilberto)

#Daerah

Index

Berita Lainnya

Index