PEKANBARU, SELARASRIAU.COM - Tidak satupun manusia normal menginginkan terjadi perang. Tidak satupun negara yang dipimpin oleh pemimpin yang normal ingin mengorbankan rakyatnya dalam suatu peperangan.
Namun sangat harus diingat bahwa saat ini terjadi perang panjang yang terjadi sejak tahun 1948 yang dimulai dari kedatangan bangsa Yahudi ke Palestina yang kemudian berlanjut dengan terjadinya perang dan berdirinya negara zionis Israel di tanah Palestina. Perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Palestina hingga terbentuknya kelompok perlawanan pembebasan yang diantaranya dikenal dengan nama HAMAS dengan tim tempur brigade Izz Ad-Din Al-Qassam atau dikenal juga dengan nama Brigade Izuddin Al Qassam.
Pertempuran panjang sejak tahun 1948 memasuki eskalasi yang besar pada tanggal 7 Oktober 2023. HAMAS melakukan gempuran besar sebagai balasan dari serangan yang dilakukan oleh Israel yang mana gempuran tersebut mampu menghancur ratusan unit tank Merkava yang dikenal sebagai tank tangguh anti bom. Dan Israel pun melakukan pemboman besar – besaran bahkan menggunakan bom sulfur kepada rakyat Palestina menggunakan jet – jet tempurnya.
Pemboman brutal yang dilakukan Israel melalui jet tempur membunuh anak – anak Palestina mulai dari balita hingga para lansia. Hingga pada akhirnya Mentri Pendidikan Palestina mengumumkan bahwa masa Tahun Ajaran 2023/2024 telah berakhir. Walaupun banyak pihak meragukan pengumuman ini dan menganggap sebagai hoax, tidak sedikit pihak yang mempercayai pengumuman ini karena pada kenyataan yang terjadi bisa disaksikan bagaimana pihak Israel menghancurkan gedung sekolah milik PBB dan Indonesia. Bahkan rumah sakit yang seharusnya tidak boleh dihancurkan pun menjadi sasaran penyerangan yang dilakukan oleh jet – jet tempur Israel.
Dengan kondisi tersebut, ternyata tidak semua negara bersedih hilangnya pendidikan pada negara Palestina karena beberapa negara dengan nyata mendukung agresi militer yang dilakukan oleh zionis Israel padahal sangat amat nyata agresi tersebut adalah aksi genosida atau pemusnahan etnik.
Dukungan yang dilakukan oleh negara Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Republik Ceko, India, Australia, Selandia Baru tidak hanya berupa dukungan melalui pernyataan. Namun juga berupa dukungan dengan mengirimkan persenjataan perang yang meliputi tank, rudal, jet tempur, prajurit dan peralatan perang lainnya hingga pendanaan.
Ini merupakan kejahatan serius dalam dunia pendidikan dan sudah seharusnya seluruh negara bergerak untuk menyelamatkan pendidikan yang ada di negara Palestina karena mereka adalah bagian dari dunia ini. Tidak boleh ada satupun negara yang diam karena dengan menghilangnya pendidikan pada negara Palestina sama artinya menghilangkan manusia yang ada pada negara tersebut.
Aksi yang dilakukan oleh Israel dan negara – negara pendukungnya bisa disebutkan dengan Education Genocide atau Genosida Pendidikan. Dan sudah selayaknya pelaku pemusnahan pendidikan menjadi penjahat pendidikan yang diberlakukan sanksi yang sama dengan penjahat perang. (***)
Penulis: Rahmad Al Rian