"Aura Farming" Anak Coki Pacu Jalur Bikin Dunia Terkesima, PSG dan AC Milan Ikutan Joget!

Sabtu, 05 Juli 2025 | 11:18:43 WIB

SelarasRiau.com - Sebuah video pendek bertajuk "Aura Farming 100/10" mendadak viral dan mencuri perhatian netizen dunia. Dalam video itu, seorang bocah lincah berjoget di ujung perahu panjang saat Pacu Jalur—tradisi lomba dayung khas Riau—berlangsung.

Gerakannya penuh percaya diri, diiringi musik Young Black & Rich dari Melly Mike. Uniknya, video ini bukan hanya viral, tapi juga ditiru klub sepak bola kelas dunia seperti Paris Saint-Germain (PSG), AC Milan, hingga warganet mancanegara!

Fenomena ini memicu banyak pertanyaan: apa itu aura farming?

Secara harfiah, "aura farming" bisa diartikan sebagai "bertani aura", alias usaha memancarkan energi positif atau daya tarik alami. Tapi buat Gen Z dan Gen Alpha, istilah ini punya makna lebih dalam: jadi versi terbaik dari diri sendiri yang autentik, keren, dan penuh vibe!

Tren ini lahir dari persilangan budaya game, anime, dan TikTok. Tapi kini, bocah dari tepian Sungai Kuantan yang dikenal sebagai tukang tari Pacu Jalur justru jadi contoh sempurna dari aura farming itu sendiri.

Tanpa gimmick, tanpa pose yang dibuat-buat, bocah ini—yang ternyata bernama Anak Coki—menari dengan penuh semangat di ujung perahu panjang. 

Aksinya spontan, murni untuk memberi semangat kepada puluhan pendayung (anak pacu) di belakangnya. Tapi ketika terekam kamera, ditambah sentuhan musik dan filter, hasilnya: vibes-nya meledak!

Tak heran jika Neymar dan Hakimi ikutan menirukan gaya aura farming Anak Coki. Bahkan maskot AC Milan pun ikut joget. Dari tepian Narosa, energi lokal menjelma jadi tren global.

Pacu Jalur, Tradisi Kuat dari Kuansing

Viralnya aksi Anak Coki secara tidak langsung turut memperkenalkan Pacu Jalur ke dunia. Tradisi ini berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Pacu artinya lomba, jalur adalah perahu panjang yang bisa mencapai 40 meter, dan diisi 40–60 orang.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, Pacu Jalur adalah event budaya terbesar di Kuansing. “Ini bukan cuma lomba mendayung, tapi juga simbol kekuatan, kekompakan, dan kebanggaan masyarakat kami,” ujar Roni.

Ia juga merasa bangga karena Pacu Jalur bisa mendunia lewat tren TikTok. “Viralnya aura farming jadi bukti bahwa budaya lokal kita bisa bersaing di panggung internasional. Ini momentum emas untuk mendongkrak kunjungan wisata ke Riau,” tambahnya.

Roni menyebut, tahun ini Pacu Jalur akan digelar pada 23–26 Agustus 2025. Ia optimis event ini bakal ramai pengunjung, apalagi setelah tren aura farming meledak.

Dari Transportasi ke Ajang Bergengsi

Sejarah Pacu Jalur panjang banget. Dulu, perahu panjang ini digunakan sebagai alat transportasi utama menyusuri Sungai Kuantan, mengangkut hasil bumi dan orang. Lambat laun, jalur dihias, diberi ukiran, dan dipakai merayakan hari-hari besar seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri.

Di masa kolonial, jalur bahkan digunakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Belanda. Pasca-kemerdekaan, Pacu Jalur berkembang jadi ajang lomba besar dan festival budaya yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya.

Proses pembuatan satu jalur pun nggak main-main. Harus ada rapat desa, memilih kayu dari hutan, menebangnya dengan ritual khusus, lalu gotong royong menarik dan menghiasnya. Jadi bukan sekadar perahu, tapi simbol persatuan dan semangat warga.

Dalam satu jalur, ada berbagai peran: anak pacu (pendayung), tukang kemudi, tukang concang (penyeimbang), dan tentu saja tukang tari—si penari di ujung yang menjadi pusat perhatian.

Aura Farming Anak Coki: Simbol Kemenangan dan Hiburan

Sosok tukang tari yang viral dalam video itu adalah Anak Coki, dari tim Putri Anggun Sibiran Tulang, Banjar Padang, Kuansing. Menurut Raja Muhammad Deprian, tokoh dari tim tersebut, tarian Anak Coki bukan hasil latihan—tapi murni spontan.

"Kalau dia berdiri dan joget, itu tanda timnya sedang unggul. Jadi semacam selebrasi kemenangan juga," jelasnya.

Biasanya, tukang tari memang anak-anak. Usia Anak Coki saat ini 9 tahun. Gerakannya yang luwes dan penuh semangat bukan hanya menyemangati timnya, tapi juga menghibur penonton.

Sementara itu, warga Kuansing lainnya, Ripaldi, menyebut bahwa aura farming ini jadi semacam boost semangat bagi semua tim jelang Pacu Jalur nanti. “Setiap jalur dibuat penuh doa. Dan sekarang, dengan viralnya aura farming, semua tim makin termotivasi untuk tampil total dan kreatif,” katanya.

Ketika Tradisi Menjadi Tren Dunia

Fenomena viral ini jadi bukti nyata bahwa budaya lokal Indonesia bisa bersinar di tengah arus digital global. Dari tepian sungai di Riau, aura kecil dari seorang anak bisa menyinari dunia.

Jadi, siap-siap! Pacu Jalur Agustus nanti bukan cuma tentang siapa tercepat, tapi siapa paling ber-aura! *** (Mra)

Terkini